Jumat, 12 Maret 2010

Riset Keyword Harga Emas di Indonesia Bulan Maret 2010

By: hargalogammuliaemas.blogspot.com Admin

Berikut adalah daftar keyword hasil penelusuran google adwords tool untuk keyword harga logam mulia emas, pada tgl 15 Maret 2010:

harga emas hari ini
emas putih
emas hari ini
harga emas 2009
emas batangan
cincin emas
investasi emas
perhiasan emas

kebun emas
logam emas
harga emas putih
gadai emas
emas 24 karat
berkebun emas
emas perak
harga emas gram
koin emas
jual beli emas
harga emas terkini
harga emas batangan
harga emas 24 karat
harga emas 24
emas murni
emas per gram
harga emas per gram
harga emas semasa
logam mulia emas
segitiga emas
harga perhiasan emas
harga emas indonesia
cincin kawin emas
harga emas antam
emas dunia
prediksi emas
harga emas 2010
beli emas batangan
prediksi harga emas
kota emas
harga cincin emas
harga emas sekarang
tabungan emas
harga emas terbaru
harga emas murni
harga jual emas
harga emas 22
nilai emas
investasi emas batangan
pasar emas
harga emas 22 karat
harga emas april 2009
daftar harga emas
harga emas dunia
harga emas logam mulia
emas berlian

Catatan:
Keyword-keyword diatas adalah keyword yang digunakan dalam mempromosikan situs atau blog dalam search engine google. Untuk lebih jelasnya anda dapat langsung menggunakan tool tersebut di alamat berikut ini https://adwords.google.com/select/KeywordToolExternal

Beikut adalah tabel hasil penelusuran dari pengguna google, data menggunakan google insight:

Keyword: harga emas




Keyword: investasi emas



Keyword: berkebun emas




Semoga artikel sederhana ini bermanfaat agi anda..

Lanjut membaca “Riset Keyword Harga Emas di Indonesia Bulan Maret 2010”  »»

Senin, 01 Februari 2010

Kliping Harga Logam Mulia Emas Selasa 19/01/2010

Hargalogammuliaemas.blogspot.com:Logam mulia emas pada pekan ini kembali mencatat penguatan harga hal tsb diakibatkan kenaikan permintaan untuk spekulasi menyusul masalah keuangan yang membelit Yunani berikut melemahnya nilai tukar dolar AS.
Seperti diketahui bahwa Yunani pada 15 Januari menyampaikan rencana anggaran untuk 3 tahun ke depan kpd Komisi Eropa yang didalamnya juga berisi kebijakan pengurangan defisit tahun ini.

Sementara itu, indeks dolar AS merosot sekitar 0,3%. Harga emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan kurs dolar AS. Sejak awal tahun ini indeks greenback terkoreksi sekitar 0,9% setelah mencatat penurunan sebesar 4,2% sepanjang tahun lalu.
Harga emas untuk pengiriman segera, berdasarkan data Bloomberg, naik tipis 0,5% atau US$5,47 menjadi US$1.136,40 per ounce (1 ounce setara dengan 31,1 gram) pada pukul 09.57 waktu London.

Nilai kontrak logam mulia itu untuk pengiriman Februari juga menguat tipis 0,5% menjadi US$1.136,30 per ounce di Divisi Comex, New York Mercantile Exchange. Selain logam mulia itu, harga paladium dan platina juga meroket ke level tertinggi setidaknya dalam 17 bulan terakhir.

"Pasar sangat khawatir dengan situasi di Yunani. Emas mengandung lebih banyak kepentingan untuk berspekulasi dibandingkan dengan permintaan fisik secara riil," kata Kepala Mata Uang dan Logam di MKX Finance SA di Jenewa Bernard Sin, kemarin.
Adapun analis PT Askap Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan emas yang mencatat pelemahan pada akhir pekan lalu masih dalam kecenderungan konsolidasi.

Dia melanjutkan konsolidasi emas yang berlanjut itu bergerak dalam rentang yang lebih lebar yaitu di kisaran US$1.112,40-US$1.168,40 per ounce.
Pada kesempatan berbeda, Direktur PT Vibiz Capital Alfred Pakasi menuturkan harga yang tertahan lama di level US$1.130 dalam lebih dari sebulan mencerminkan potensi kenaikan harga logam mulia itu.

Dia memperkirakan emas dapat kembali menembus level US$1.200 per ounce. Emas mampu menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah pada awal Desember 2009.
"[Level harga] ini masih bisa tercapai. Jika emas dari US$900 ke US$1.000 cepat terjadi, [pergerakan] emas dari US$1.130 saat ini ke US$1.200 sudah tidak jauh lagi," katanya.

Namun, setelah emas berhasil menyentuh posisi harga tersebut, dia yakin logam mulia itu akan bergerak konsolidasi untuk waktu yang cukup lama. Alfred berpendapat terangkatnya harga emas itu ditopang situasi pemulihan ekonomi global pada kuartal I/2010 dan nilai dolar AS yang belum prospektif.

Efek investasi
Analis Credit Suisse Group AG Stefan Gabber mengatakan perak dan emas saat ini sangat didorong permintaan untuk investasi, sehingga bereaksi sangat sensitif terhadap perubahan nilai tukar dolar AS.

Sementara itu, logam mulia yang dipegang oleh SPDR Gold Trust kembali terkoreksi sebesar 0,91 ton menjadi 1.112,84 ton pada 15 Januari. Adapun kontrak paladium untuk pengiriman segera menguat 1,1% menjadi US$460,02 per ounce, sedangkan platina naik 1,8% menjadi US$1.628,50 per ounce.

Penguatan harga emas tersebut sejalan dengan survei terhadap sejumlah analis pada akhir pekan lalu yang memprediksi nilai kontrak komoditas itu meningkat sepanjang pekan ini.
Harga emas pada akhir pekan lalu merosot setelah dolar AS terapresiasi dan menurunkan minat investor terhadap logam mulia itu sebagai alternatif investasi. Mata uang yang disebut greenback itu meningkat 0,8% terhadap sejumlah mata uang utama dunia.

Kepala Divisi Treasury PT Bank OCBC NISP Tbk Suriyanto Chang akhir pekan lalu mengatakan pelemahan dolar AS, seperti yang diproyeksikan selama ini, terhambat. "Potensi [bank sentral] AS menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini terbuka. Memegang euro menjadi tidak menarik.

Sumber: http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/valas-komoditas/1id156305.html

Lanjut membaca “Kliping Harga Logam Mulia Emas Selasa 19/01/2010”  »»

Senin, 28 Desember 2009

An Investment Tip for the 2010s

HARGALOGAMMULAEMAS.BLOGSPOT.COM:The turbulent 2000s gave us two stock crashes, a real estate meltdown and broad financial mayhem. If you haven't yet lost faith as an investor, consider the merits of losing it now. The recent throes in financial markets, I believe, mark the end of a long period that has rewarded what I'll call faith-based investing, and the start of a period that will favor faith's opposite in the investment world: income.

The past two decades have given a skewed view of what investment returns look like. Over five years ended January 2000, the S&P 500 index tripled in price. Its dividend yield shrank to less than 2%. Over six years ended 2006 U.S. house prices doubled. The nationwide rent yield (rents as a percentage of purchase prices) shrank to about 4%. Investors have come to believe that the real money is in rapid price gains, and that income is a pleasant if puny extra.

The assets themselves have come to reflect this distorted view. More than one-quarter of S&P 500 companies pay no dividends. These aren't young start-ups that need all of their cash for expansion. These are America's largest companies, including ones like Apple (AAPL: 211.61, +2.57, +1.22%) and Google (GOOG: 622.87, +4.39, +0.70%) that sit on giant cash hoards. Why exactly should I pay more than 70 times earnings for Amazon (AMZN: 139.31, +0.84, +0.60%), a retailer with profit margins slimmer than those of Wal-Mart (WMT: 53.98, +0.38, +0.70%), when Amazon pays me nothing? Solely in hope that someone else will pay more for my shares? The houses we built during the boom didn't consist mostly of multifamily structures that produce big streams of income or even modest single-family houses that maximize the implied rent the owner saves as a percentage of the purchase price he pays. They were large, luxurious houses with tiny implied yields.

Now consider what normal returns look like. Over two centuries ended 2002, dividend yields on U.S. stocks averaged 4.9%, according to a study by Robert Arnott and Peter Bernstein. During that span, a $100 investment grew to $700 million, or $37 million after subtracting for inflation, assuming dividends were reinvested. If dividends were spent, the $100 grew to only $2,099. If dividends were spent and we ignore the massive price run-up that occurred during the last 20 years of that period (the 1980s and 1990s), the $100 grew to only about $400. In other words, throughout most of the history of stocks, income was just about everything.

Dividends, I've noted before, created stocks, not the other way around. Early merchant shippers had share-owning investors who met them at the docks upon return to split the profit and dissolve the venture. Only by paying dividends did the Dutch East India Company become a perpetual share-issuing company just over four centuries ago, requiring the creation of the world's first stock exchange (in Amsterdam) so that investors could swap its shares. It wasn't accounting standards, faith in management or blind hope that retained earnings will be put to good use that turned short-term profit-splitters into long-term shareholders. It was dividends.

As for houses, between 1890 and 2004 they increased in price by 0.4% a year after inflation, according to Yale professor Robert Shiller. That number is higher than it should be, because the period ends during a bubble. Logic says house prices should match the rate of inflation over long time periods, because inflation is a rise in the price of ordinary goods and a house is an ordinary good -- just wood, bricks, metal and so on. It doesn't sit up nights scheming about ways to make itself more valuable. It just sits. (If we're being picky, it also deteriorates, but only slowly, so house prices should trail inflation by a barely perceptible amount.) That's not to say people of means shouldn't buy big, posh houses. They should regard them the way they do big, posh cars: as money-depleting but enjoyable luxuries, not investments.

About gold: It has become popular because people have lost confidence in governments to protect their currency, but it's the ultimate faith-based investment. It pays no dividend and generates no rent, real or implied. The belief that gold is a store of value is owed to a happy coincidence of chemistry, not inherent worth. Gold simply proved the best element for money when coins were made by hand. No nation today uses gold as the basis for its money, and the metal has few industrial uses. Its price can go sharply higher, but today's buyer can do little but hope that someone will pay more tomorrow. Be cautious about gold, and about other commodities. Better to invest in companies that produce commodities, and companies that turn them into items of greater value.

It's a difficult time to be an income investor. Safe, meaty yields are scarce. Recent price gains aren't. Stay choosy, though, because prices across most asset classes are high. Buy sparingly and find decent yields where you can. If the 2010s resemble the 2000s, you'll be glad to have a stream of income to reinvest when prices plunge. I recently highlighted oil partnerships that pay 7%. Inflation-indexed Treasury bonds pay only 2%, but it's a real 2%, which might prove as good as a nominal 5% or more in coming years.

Common stocks are among the best income investments, because prosperous companies can increase their dividend payments over time. Although the S&P 500 yield has slipped below 2% again, more than 90 index members have yields over 3%. Seek them out, or check my Stock Screen columns , where I regularly search for yield. Income investing, remember, isn't just for people who spend the money. It's for investors who think "return" means money should regularly come back to them.

Jack Hough is an associate editor at SmartMoney.com and author of "Your Next Great Stock."

ARTICLE SOURCE: http://www.smartmoney.com/

Lanjut membaca “An Investment Tip for the 2010s”  »»

Kliping Harga Logam Mulia Emas: 28 Desember 2009

HARGALOGAMMULIAEMAS.BLOGSPOT.COM:Harga spot emas pagi US$1.106,85 per ounce

Harga emas di pasar spot pagi ini tercatat berada di level US$1.106,85 per ounce. Sementara itu, harga kontrak emas menguat dipicu spekulasi sebagian investor melakukan aksi beli setelah harga logam mulia itu terus turun di pekan keempat, penurunan terlama sejak April.

Emas berpeluang meraih gain pekan ini karena sebagian investor membeli logam mulia itu setelah penurunan 'berlebihan' dari posisi rekor US$1.226,56 per ounce pada 3 Desember, kata satu survei. Sebanyak 11 dari 21 pedagang, investor dan analis yang disurvei Bloomberg mengatakan emas akan menguat. Sebanyak tujuh orang di antaranya memperkirakan penurunan harga dan tiga lainnya mengatakan netral.

Emas untuk pengiriman segera menguat 0,4% menjadi US$1.110,23 per ounce sebelum diperdagangkan di posisi US$1.108,32 pada pukul 8:48 a.m. di Singapura. Emas untuk pengiriman Februari di New York
naik 0,3% menjadi US$1.108,40 per ounce.

Emas telah naik 26% tahun ini karena pertumbuhan AS tertekan sepanjang resesi terlama sejak Perang Dunia II, memicu permintaan terhadap logam mulia sebagai investasi.Sinyal meningkatnya pertumbuhan AS memicu rally pada dolar negara itu bulan ini, setelah mata uang itu turun ke terendah 15 bulan pada November. Emas tergelincir 6% pada Desember karena U.S. Dollar Index menguat 3,9%. Indeks itu melemah 0,2% hari ini.

Di antara logam mulia lainnya, perak dan palladium bergerak tipis di posisi US$17,51 per ounce dan US$386,75 per ounce secara berurutan, dan platinum memperoleh gain 1,3% di level US$1.483 per ounce.(er)

Lanjut membaca “Kliping Harga Logam Mulia Emas: 28 Desember 2009”  »»

Minggu, 27 Desember 2009

Kliping Harga Logam Mulia Emas: 25 Desember 2009

Harga emas terdorong depresiasi dolar AS

oleh : Taufik Wisastra

Harga kontrak emas naik ke level tertinggi dalam seminggu seiring depresiasi dolar AS yang mendorong permintaan logam mulia sebagai alternatif investasi.

Nilai tukar dolar AS merosot ke titik terendah pekan ini terhadap enam mata uang utama dunia. Emas lantakan, yang biasanya dibeli pedagang untuk lindung nilai dari inflasi, bergerak naik jika nilai tukar dolar AS melemah.

Harga logam mulia, yang menguat 25% tahun ini, menyentuh level rekor US$1.227,50 per ounce pada awal bulan ini, sedangkan dolar merosot lebih dari 4%.

“Sentimen masih menguat, sementara greenback terus mendapat tekanan,” kata James Moore, analis pada TheBullionDesk.com di London.

Harga perdagangan berjangka emas untuk pengiriman Februari naik US$10,80 (1%) menjadi �US$1.104,80 per ounce di unit Comex, New York Mercantile Exchange, kenaikan terbesar sejak 16 Desember.

Harga logam mulia mencatat reli tahun ini. Pertumbuhan di Amerika Serikat yang melemah selama resesi terpanjang sejak Perang Dunia II mendorong permintaan emas sebagai alternative penanaman modal. (tw)


Pedagang Berburu Investasi Emas Pegadaian


TEMPO Interaktif, Makassar -Perusahaan Umum Pegadaian menyatakan produk investasi emas koin dan batangan 5 gram hingga 1 kilogram tengah diburu para pedagang kelontongan di Sulawesi Selatan.

Menurut Kepala Humas dan Hukum Perum Pegadaian Kanwil Sulselbar dan Maluku, Syafiuddin para pedagang tertarik karena kadar emas 22 karat mencapai 99,9 persen dan bersertifikasi internasional dari PT Aneka Tambang.

“Pedagang banyak yang menyetorkan uangnya untuk mendapatkan emas berkadar 22 karat,” kata dia disela kegiatan sosialisasi investasi emas, di Kantor Telkom Flexi Kandatel Makassar, kemarin.

Syafiuddn menjelaskan, investasi emas sangat diminati pedagang kecil yang bergerak di usaha mikro. Produk Perum Pegadaian yang diperkenalkan Februari 2009 itu, hadir dalam berat 5 gram, 10 gram, 15 gram, 25 gram dan 1 kilogram. Syafiuddin mengaku, pedagang lebih menyukai investasi emas sebesar 5 – 10 gram.

Puncak permintaan invetasi emas terjadi di April – November lalu sebanyak Rp 1,85 miliar yang berasal dari 400 pedagang, dengan total emas sebesar 90 kilogram. Daya tarik investasi emas, jelas dia, terletak dari sisi margin keuntungan yang ditawarkan.

Untuk investasi satu bulan memberikan margin keuntungan tiga persen, kemudian enam bulan sebanyak enam persen, setahun mendapat 12 persen. Lalu 18 bulan sebanyak 18 persen, dua tahun 24 persen, dan 36 bulan 36 persen. Beramai-ramainya pedagang ikut investasi emas itu, sambung dia, karena pertimbangan jangka panjang.

Hal itu disebabkan harga emas setiap waktu terus mengalami kenaikkan dan aman disimpan dalam jangka panjang dibandingkan deposito perbankan. Apalagi mendapat jaminan dari perusahaan tambang kelas dunia PT Aneka Tambang yang selama ini menjadi lembaga sah sertifikasi emas.

“Masyarakat bisa mengikuti investasi emas dengan cukup menyetorkan uang muka 20 persen. Serta melengkapi surat lain seperti KTP dan slip gaji. Emas koin dan batangan bisa dimiliki setelah cicilan lunas,” kata dia.

Meski belum lunas, tutur dia, nasabah bisa menjual emas kapan saja ke Pagadaian yang dipotong dari sisa angsuran. Bahkan dengan memperlihatkan sertifikat, nasabah bisa memperdagangkan emasnya dipasaran dengan harga tertinggi. Berbeda dengan emas dalam bentuk perhiasan yang akan mengalami hitungan susut.

Dia menambahkan, Perum Pegadaian juga aktif melakukan sosialisasi investasi emas di perusahaan BUMN, pemerintahan, dan korposari swasta. “Investasi emas lebih menguntungkan daripada menyimpan uang di bank. Negara-negara di Eropa menyimpan devisa negara dalam bentuk emas,” ungkap dia.

Jika produk emas berjalan sukses maka Pegadaian akan menambah lagi pundi-pundi keuntungan setiap tahun. Sampai posisi November 2009, omset kredit sudah mencapai 98 persen atau Rp4,6 triliun dari target Rp4,7 triliun di akhir tahun.

Pencapaian omset itu, tumbuh 20 – 40 persen di bandingkan 2007 – 2008. Omset Pegadaian di 2007 mencapai Rp1,4 triliun dan 2008 berkisar Rp2 triliun.


Sumber:
web.bisnis.com dan www.tempointeraktif.com

Lanjut membaca “Kliping Harga Logam Mulia Emas: 25 Desember 2009”  »»

Kamis, 24 Desember 2009

Kliping harga logam mulia emas: Harga emas terdorong depresiasi dolar AS

hargalogammuliaemas.blogspot.com:Jumat, 25/12/2009

LONDON (Bloomberg): Harga kontrak emas naik ke level tertinggi dalam seminggu seiring depresiasi dolar AS yang mendorong permintaan logam mulia sebagai alternatif investasi.

Nilai tukar dolar AS merosot ke titik terendah pekan ini terhadap enam mata uang utama dunia. Emas lantakan, yang biasanya dibeli pedagang untuk lindung nilai dari inflasi, bergerak naik jika nilai tukar dolar AS melemah.

Harga logam mulia, yang menguat 25% tahun ini, menyentuh level rekor US$1.227,50 per ounce pada awal bulan ini, sedangkan dolar merosot lebih dari 4%.

“Sentimen masih menguat, sementara greenback terus mendapat tekanan,” kata James Moore, analis pada TheBullionDesk.com di London.

Harga perdagangan berjangka emas untuk pengiriman Februari naik US$10,80 (1%) menjadi �US$1.104,80 per ounce di unit Comex, New York Mercantile Exchange, kenaikan terbesar sejak 16 Desember.

Harga logam mulia mencatat reli tahun ini. Pertumbuhan di Amerika Serikat yang melemah selama resesi terpanjang sejak Perang Dunia II mendorong permintaan emas sebagai alternative penanaman modal. (tw)

Sumber: http://web.bisnis.com/

Lanjut membaca “Kliping harga logam mulia emas: Harga emas terdorong depresiasi dolar AS”  »»

Selasa, 22 Desember 2009

Logam Mulia Emas-Investasi Emas dan Sistem Emas

By:Dimas Bagus Wiranata Kusuma

Logam Mulia Emas Sebagai Media Investasi

Jakarta - Sejarah membuktikan bahwa Emas (Gold) adalah komoditas yang telah menjelma menjadi salah satu media investasi yang sangat menguntungkan. Belakangan diberitakan bahwa emas kembali mencatat rekor harga tertinggi setelah IMF selaku lembaga keuangan internasional menjual cadangan emasnya sebanyak 200 ton kepada India.

Pembelian emas oleh India merupakan salah satu upaya melindungi asset dan satu bentuk upaya investasi. Apalagi di tengah ketidapastian ekonomi yang masih dibayang-bayangi oleh dampak krisis global yang belum memberikan informasi yang menguntungkan akan masa depan ekonomi dunia.

Emas dikatakan menguntungkan dapat dinilai dari perkembangan volatilitasnya yang hingga saat ini menunjukkan trend positif. Pada tahun 1800, harga emas per satu troy ons setara dengan 19,39 Dolar AS. Sementara dua ratus tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2004, satu troy ons setara dengan 455,757. Dan, pada tahun 2009, harga emas telah menembus harga di atas 1000 US Dolar.

Dengan demikian, selama dua abad berlalu, emas telah mengalami apresiasi yang luas biasa sebesar 5057,29 persen terhadap dolar. Apabila di rata-rata, maka setiap tahun dalam rentang dua abad, emas mengalami kenaikan sebesar 24,20 persen setiap tahun terhadap dolar AS.

Berdasar pada perhitungan sederhana di atas, maka tak terelakkan bahwa emas merupakan salah satu komoditas yang paling digandrungi. Bukan tidak mungkin menjadi komoditas yang diminati oleh para investor khususnya. Maka dari itu, wajar bilamana pada era 1800-an pemerintah eropa menerapkan system merkantilisme, yaitu sistem yang mensyaratkan untuk mengumpulkan emas sebanyak-banyaknya.

Pengumpulan pada masa itu merupakan salah satu indikasi untuk mengukur kekayaan suatu Negara. Dan, saat ini, memang terbukti bahwa Negara yang memegang emas dengan kuantitas besar dapat dikatakan memiliki tingkat kekayaan yang besar.
Pertimbangan Berinvestasi Logam Mulia Emas

Setidaknya, ada dua pertimbangan mengapa seseorang harus berinvestasi dalam bentuk emas:

Pertama, emas merupakan satu-satunya komoditas yang mencatat prestasi sebagai komoditas yang stabil. Stabilitas emas dapat dibuktikan secara sederhana dengan transaksi ekonomi. Dikisahkan, berdasar riwayat oleh Imam Bukhari, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menyuruh Urwah (salah seorang sahabat) membeli kambing seharga 1 dinar. Dengannya Urwah mendapat 2 kambing, dan bila diasumsikan kambing berukuran sedang harganya setengah dinar, maka tidak akan jauh berbeda bila dibandingkan sekarang.

Mari kita hitung secara matematis sederhana. Bila diperoleh suatu takaran bahwa 1 dinar setara dengan 4,22 gram emas emas murni atau 0,135 ons. Maka, bila kita asumsikan bahwa harga emas saat ini satu troy ons adalah 1000 US Dolar, maka 1 dinar setara dengan 135 dolar US Dolar. Kemudian anggap nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS saat ini adalah Rp 9400/USD, maka kita peroleh 1 dinar setara dengan kira-kira Rp 1,269,000.

Berdasar kisah di atas, disebutkan bahwa 1 dinar bisa memperoleh 2 ekor kambing berukuran sedang yang berarti seekor kambing dihargai sekitar Rp 600 ribu. Dan, bila kita bandingkan dengan kondisi sekarang, maka harga kambing di Indonesia dengan ukuran sedang tidak akan berbeda jauh dari Rp 600,000.

Dengan demikian, dalam rentang 14 abad, emas terbukti memiliki daya beli yang dapat dikatakan tidak berubah. Hal ini, memberikan suatu indikasi bahwa investasi dengan emas tidak memberikan kerugian baik secara internal maupun eksternal.

Secara internal berarti, emas dapat menjaga dan merupakan komoditas yang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai yang stabil. Sehingga, relatif aman untuk menjaga nilai kekayaan seseorang. Secara eksternal, emas dapat memberikan fungsi sebagai alat yang stabil untuk bertransaksi. Bertransaksi dengan emas tak akan lekang dengan waktu dan tempat, serta terbukti dapat bertahan menjaga nilai transaksi ekonomi yang dilakukan (kecil termakan inflasi).

Kedua, emas memberikan keuntungan berupa jaminan nilai terutama pada masa yang terus berubah. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa ekonomi sarat dengan ketidakpastian (uncertainty) dan dipertegas dalam modern ekonomi bahwa semua transaksi ekonomi dilandasi oleh rasionalitas (rationality).

Merespon kedua fenomena di atas dan bila dikaitkan dengan investasi, maka saat ini pelaku ekonomi memerlukan suatu media yang dapat mengakomodasi keduanya sekaligus. Emas merupakan komoditas yang bilamana kita beli dalam suatu transaksi, maka ketika kita menjualnya secara real dan nominal menguntungkan. Secara real mengacu pad sifat emas yang tahan lama dan tidak mudah aus (rusak) sedangkan secara nominal akan meningkat.

Logam Mulia Emas Sebagai Mata Uang

Aplikasi Emas Menjadi Mata Uang
Setelah mengamati bahwa emas sebagai komoditas yang menguntungkan baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, maka bagaimana bila emas diaplikasikan ke dalam suatu sistem moneter global. Selama ini, kita sadar atau tidak telah berada dalam suatu kubangan sistem moneter global yang sarat dengan ketidakdilan dan ketidakpastian.

Dollar sebagai mata uang global telah menjelma menjadi kekuatan raksasa yang siap menghisap kekayaan negara di dunia serta menciptakan ketidakstabilan ekonomi global. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Setidaknya ada 4 hal yang kita bisa cermati yaitu:

Pertama, dalam ekonomi internasional kita mengetahui bahwa kelebihan pendapatan ekspor dibanding pengeluaran impor akan dicatat dalam akun surplus. Dalam kondisi surplus, maka diwujudkan dengan aliran masuk devisa ke dalam reserve Negara. Dalam kondisi devisa mengalir masuk, maka akhirnya menambah reserve suatu Negara yaitu secara spesifik reserve dalam denominasi dollar meningkat. Dalam kondisi dolar berfluktuasi, maka nilai reserve pun berfluktuasi mengikuti pergerakan dolar.

Untuk menjaga biaya memegang dolar agar tidak merugi terlalu besar, maka langkah hedging pun dilakukan dengan batas berdasar spekulasi pemagang dolar. Tentunya hedging memberikan konsekuensi berupa biaya hedging yang dikeluarkan demi penyelematan akibat perubahan kurs. Akibat terburuk hedging adalah bila perubahan kurs kurang dari batas hedging yang dilakukan. Bila hal di atas terjadi pada skope/area yang luas maka instabilitas ekonomi akan terjadi.

Kedua, pemegang dolar yang mengkonversikan mata uangnya ke dalam mata uang domestik yang mengakibatkan pada apresiasi kurs. Sesuai dengan teori ekonomi, bahwa ketika apresiasi terjadi, maka daya saing ekspor negara tersebut menurun relatif terhadap negara pengimpor. Hal ini karena apresiasi mata uang domestik direspon dengan ekspekstasi bahwa harga produk ekspor relatif mahal sehingga mendorong penurunan eskpor.

Dalam kondisi ekspor menurun, maka pendapatan Negara berkurang yang kemudian menjelma menjadi defisit anggaran. Defisit anggaran mendorong Negara untuk mencari pendapatan untuk menutupnya minimal dengan 2 cara yaitu memperbesar rasio hutang baik domestik maupun luar negeri atau dengan mencetak uang (seignorage). Sayangnya, kedua cara ini pada akhirnya dapat memicu instabilitas ekonomi.

Ketiga, surplus dolar AS ditempatkan di perbankan. Sebagaimana diketahui bahwa perbankan merupakan lembaga intermediasi yang dalam hal berupaya menyalurkan dana yang diterima melalui instrumen kredit. Namun, kredit sebenarnya adalah hutang perekonomian kepada depositor. Eksesif kredit pada akhirnya menciptakan kredit bubble seperti halnya kredit perumahan di AS yang berujung krisis global.

Bagaimana pun juga, perbankan seoptimal mungkin akan memberikan kreditnya karena terbebani oleh bunga pembayaran kepada depositor. Sehingga, perbankan sangat eksesif dan memberikan kredit tanpa pertimbangan apakah sektor tersebut memberikan nilai tambah real bagi perekonomian. Pada akhirnya, penciptaan kredit ini mendorong overheating ekonomi yang kemudian bisa memicu hiperinflasi.

Kondisi di atas, sangat kontras dan dapat terminimalisasi manakala emas digunakan sebagai mata uang global. Kunci utama mengapa emas dapat meminimalkan semua akibat di atas adalah karena emas bernilai bukan karena diundangkan atau dijamin oleh undang-undang. Tetapi, karena emas bernilai karena kandungan logam mulia yang diakui semua orang.

Dengan demikian, aplikasi emas dalam perekonomian dapat dilihat pada transaksi perdagangan internasional. Dalam transaksi internasional, anggap ada 2 negara melakukan transaksi di mana satu negara mengalami suplus perdagangan, dan satu negara defisit.

Pada kasus negara surplus, maka cadangan emas meningkat yang kemudian disertai dengan peningkatan kredit bank, peningkatan aktivitas ekonomi, dan akhirnya inflasi pun terjadi. Pada kondisi inflasi, maka harga-harga terdongkrak naik sehingga daya saing ekonomi pun menurun dan mendorong penurunan laju ekspor.

Di pihak lain, negara yang mengalami defisit, ia mengalami kesulitan ekonomi dan penurunan aktivitas ekonomi terjadi. Merespon penurunan itu, maka harga-harga pun menurun yaitu dengan asumsi pemerintah mendistorsi pasar dengan injeksi likuditas. Dalam kondisi harga murah, maka harga barang ekspor relatif murah menurut negara surplus.

Akhirnya, negara surplus mengimpor barang yang pada gilirannya menambah reserve negara yang mengalami defisit. Dengan demikian, dalam sistem emas terjadi penyesuaian automatis yang memungkinkan negara-negara yang melakukan transaksi perdagangan mengalami sustainabilitas ekonomi. Sehingga, dalam jangka panjang akan tercipta hubungan yang saling menguntungkan dan saling menyeimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi berdasar sistem emas.

Logam Mulia Emas Sebagai Standar Moneter Global

Akhirnya, baik investasi emas maupun sistem emas memberikan ruang gerak yang luas bagi suatu perekonomian untuk berkembang secara adil dan berkesinambungan. Keduanya mampu juga dalam meminimalkan efek ketidakpastian dan meningkatkan rasional dalam transaksi ekonomi. Dukungan kebijakan dan kesungguhan pelaku ekonomi akan sangat berarti untuk mewujudkan emas sebagai standar moneter global yang berkeadilan.

Dimas Bagus Wiranata Kusuma
- Kandidat Master of Economics International Islamic University Malaysia (IIUM),
- Assistant Lecture of Islamic Economic Studies, Airlangga University, Surabaya Indonesia,
- Direktur Humas of Islamic Economic Forum for Indonesian Development (ISEFID) Kuala Lumpur.
dimas_economist@yahoo.com (+60-169026445)
Muhammad Akhyar Adnan
Associate Professor Kulliyah of Economics and Management Sciences
International Islamic University Malaysia


Sumber: http://suarapembaca.detik.com/

Lanjut membaca “Logam Mulia Emas-Investasi Emas dan Sistem Emas”  »»

Kliping Harga Emas 22 Desember 2009

Emas Berkilau Kembali; Spekulasi Turunnya Harga Komoditi Logam
Selasa, 22 Desember 2009 14:45 WIB

Harga emas pada perdagangan sore hari ini (22/12) terpantau mengalami peningkatan. Naiknya harga emas disebabkan oleh keluarnya spekulasi bahwa harga komoditi logam akan mengalam penurunan di awal tahun 2010 mendatang.

Emas spot mengalami peningkatan sebesar 0,4% menjadi 1.097,42 dollar per troy ons. Sepanjang tahun 2009, harga emas telah mengalami peningkatan sebesar 24%.

Lanjut membaca “Kliping Harga Emas 22 Desember 2009”  »»

Senin, 21 Desember 2009

Kliping Emas 9-14 dan 18 September 2009

Hati-hati... Emas Berpotensi Terkoreksi

Rabu, 9 September 2009 | 08:47 WIB

KOMPAS.com — Emas akhirnya menembus level 1.000 dollar AS per troy ounce, kali pertama sejak Februari 2009. Setelah dalam beberapa bulan cenderung bergerak stabil di atas 900 dollar AS per troy ounce. Faktor pendorong dari harga emas adalah lemahnya nilai tukar dollar AS, kekhawatiran pada kesinambungan pemulihan ekonomi global dan masalah inflasi di kemudian hari.

Apakah pemulihan ekonomi dapat bertahan atau tidak, hal itu masih menjadi pertanyaan besar saat ini, mengingat masih banyak “PR” yang harus dikerjakan oleh negara maju. Situasi ini mendorong pelaku pasar mencari investasi yang lebih aman, yaitu membeli emas.

Dollar AS yang masih diragukan kekuatannya, terkait masalah defisit yang begitu besar di AS; suku bunga yang masih bertahan mendekati nol persen; dan membaiknya fundamental ekonomi lebih mendorong pelaku pasar memburu aset berisiko. Pelemahan dollar AS positif bagi harga emas.

Inflasi jelas mengkhawatirkan karena nilai investasi akan tergerus. Jumlah uang yang sudah dikucurkan di pasar keuangan sangat besar, dikhawatirkan ini akan memicu terjadinya inflasi di kemudian hari. Maka untuk memproteksi investasi, pelaku pasar mengoleksi emas yang harganya cenderung stabil.

Nah, apakah emas akan terus merangkak naik? Dari segi harga, emas sudah cukup mahal. Pelaku pasar akan mempertimbangkan risiko membeli pada kisaran harga di 1.000 dollar AS. Dengan demikian, pelaku pasar akan mulai memikirkan aksi jual di level ini.

Kemudian, dari sisi teknikal, ada pola sama yang terjadi dua kali. Emas—yang sudah berada di level kisaran 1.000 dollar AS—tidak bertahan lama, mengalami koreksi (lebih jelas lihat di chart). Jadi, dari segi harga dan teknikal, emas berpotensi mengalami koreksi. (JG/Head of Research and Analyst PT.Monex Investindo Futures)


Wah, Harga Emas Makin Mahal

Senin, 14 September 2009 | 09:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga emas di pasar internasional masih nangkring di atas level 1.000 dollar AS, antara lain didorong oleh semakin tingginya harga minyak mentah dunia yang berada di atas 72 dollar AS per barrel.

Pada perdagangan di Hongkong, Senin (14/9) pagi, seperti dilansir AFP, harga emas dibuka berada di posisi 1.002,80-1.003,80 dollar AS per ounce, lebih mahal ketimbang penutupan pekan lalu pada 999,00-1,000,00.

Di New York Mercantile Exchange, pada Jumat lalu, harga emas pengiriman terkini ditutup pada 1.004,90 dollar AS per troy ounce. Bahkan untuk kontrak emas pengiriman Desember, menyentuh 1.013,70 dollar AS, yang merupakan level tertinggi sejak harga logam mulia ini mencapai 1.015 dollar AS pada Februari lalu.


Jual Emas, IMF Lakukan Pertemuan

Jumat, 18 September 2009 | 13:35 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dewan Eksekutif Dana Monetr Internasional (IMF), Jumat (18/9) waktu setempat, akan melakukan pertemuan terkait rencana penjualan cadangan emas lembaga keuangan internasional tersebut.

IMF merupakan intitusi resmi yang mempunyai cadangan emas terbesar ketiga di dunia.

Lembaga ini akan menjual sekitar 1/8 dari 12,97 juta ounce cadangan emasnya. Saat ini harga emas dunia sedang mahal-mahalnya, yakni berada di atas level 1.000 dollar AS per ounce.


Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Lanjut membaca “Kliping Emas 9-14 dan 18 September 2009”  »»

Kliping Emas 10 dan 17 September 2009

Harga Emas Melandai

Kamis, 10 September 2009 | 10:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah sempat menyentuh 1.000 dollar AS, harga emas di pasar internasional mulai melandai, meski masih belum menjauh dari level 1.000.

Pada perdagangan di New York Mercantile Exchange, Rabu (9/9) waktu setempat, kontrak emas pengiriman terkini ditutup turun pada 995,30 dollar AS per troy ounce, dibanding penutupan Selasa di posisi 997,90 dollar AS.

Hal serupa juga terjadi pada perdagangan di Hongkong Kamis pagi. Seperti dilansir AFP, harga emas dibuka dibuka melemah ke posisi 992,30-993,30 dollar AS per ounce, turun dari penutupan Rabu pada 998,70-999,70 dollar AS.


Emas Bakal Lebih Mahal Lagi?

Kamis, 17 September 2009 | 13:37 WIB

KOMPAS.com - Melemahnya dollar AS dalam beberapa hari terakhir karena para investor lebih memilih menempatkan dana mereka pada pasar aset yang mengandung resiko mendongkrak harga komoditi.

Emas yang menjadi bagian dari pasar tersebut tidak terkecuali tetap bertahan di level tingginya di atas level 1.000 dollar AS per troy ons. Pemulihan ekonomi global masih menjadi faktor utama para investor melepas dollar AS yang selama ini berfungsi sebagai safe haven (relatif aman).

Korelasi antara harga emas dan harga dollar berbanding terbalik. Jika dollar AS menguat maka nilai emas akan mengalami penurunan. Dengan indeks dollar AS yang mengukur nilai dollar AS terhadap beberapa mata uang dunia saat ini berada di level terendahnya hampir setahun terakhir, maka tidak mengherankan harga emas melonjak tinggi.

Namun faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap nilai emas adalah kekhawatiran terhadap inflasi di masa mendatang. Pemulihan ekonomi global perlahan-lahan akan mendorong terjadinya inflasi. Besarnya dana yang digelontorkan oleh bank sentral sebagai program stimulus juga bakal berpotensi menciptakan inflasi. Para investor ingin melakukan proteksi investasi mereka dengan mengoleksi emas.

Namun untuk naik lebih tinggi emas menghadapi tantangan yang serius. Harga emas sudah cukup tinggi sehingga para investor perlu berpikir dua kali untuk membeli emas di level sekarang dan ini bisa mengurangi demand pada emas yang berpotensi mendorong terjadinya koreksi besar. Tapi suku bunga rendah yang mendekati nol persen dari Bank Sentral AS (the Fed), besarnya defisit pemerintah AS dan tren pada selera terhadap aset beresiko membuat dollar AS jadi tidak menarik di mata para investor.

Selama situasi tersebut belum berubah, emas bakal terus bertengger di level tingginya. Dalam waktu dekat emas diperkirakan bisa mencapai level 1.100 dollar AS sampai 1.200 dollar AS, untuk jangka lebih panjang bisa mencapai level 1.500 dollar AS per troy ons. (JG/Head of Research Analyst PT. Monex Investindo Futures)

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Lanjut membaca “Kliping Emas 10 dan 17 September 2009”  »»

Kliping Emas 22 Mei 2008

Peluang Emas

Kamis, 22 Mei 2008 | 16:19 WIB

Pada 4 Mei lalu, satu gram emas mencapai Rp 254.000. Sebulan sebelumnya bahkan harganya sempat menembus Rp 300 ribuan. Jika Anda tertarik menggeluti investasi ini, jangan buru-buru ke toko emas. Simak dulu tulisan berikut agar tak salah langkah.

TANGKAL INFLASI
Fakta membuktikan, jika terjadi inflasi tinggi, harga emas akan naik lebih tinggi dari inflasi. Jika inflasi mencapai 10 persen, maka emas akan naik 13 persen. Jika inflasi 100 persen, maka emas akan naik 200 persen.

Itu sebabnya, Anda mesti mempertimbangkan investasi emas ini. Keuntungan lain, harga emas dipatok dalam dollar AS. Jika dollar naik, Anda dapat dua keuntungan, dari kenaikan dollar dan kenaikan harga emas sendiri.

Namun perlu dicatat, harga emas cenderung stabil jika laju inflasi rendah. Bahkan cenderung sedikit menurun jika inflasi di bawah dua digit. Jadi, sangat tidak disarankan berinvestasi emas dalam jangka pendek (1 tahun atau kurang).

Kekurangan lain, pada storage dan handling. Menyimpan emas agak berisiko dan mahal. Jika disimpan kurang baik, bisa terjad oksidasi dan perubahan warna. Khusus emas berbentuk koin, jika penyok atau cuil, sulit di-treatment ulang. Ini bisa mengurangi harga. Silakan pilih sesuai selera dan berburu emas!

JENIS INVESTASI
PERHIASAN
Jenis ini hanya menguntungkan bila disimpan jangka panjang. Pasalnya, saat dijual kembali harganya akan turun sampai 20 persen untuk "ongkos" pembuatan. Toko emas juga harus menanggung ketidakaslian dan penurunan kadar emas karena harus dilebur kembali.

Jadi, perhiasan emas kurang tepat untuk berinvestasi. Sifatnya subyektif, tergantung selera individu. Sangat mungkin Anda membelinya dengan mahal, tapi ketika dijual harganya jatuh karena modelnya tak lagi up to date.

BATANGAN
Jenis ini dianggap paling menguntungkan. Di mana pun dan kapan pun Anda jual, harganya selalu mengikuti harga internasinal yang berlaku. Emas batangan tersedia dalam ukuran 1, 2, 3, 5, 10, 20, 25, dan 50 gram. Terberat 1 kg dengan kadar 22 karat (95 persen) atau 24 karat (99 persen).

Semakin kecil ukuran, ongkos pembuatannya semakin murah. Namun, jika Anda ingin berinvestasi dalam jumlah cukup besar, sebaiknya beli dalam ukuran lebih besar untuk memperkecil jumlah total ongkos yang harus dikeluarkan.

KOIN
Disebut juga koin emas ONH (Ongkos Naik Haji). Penamaan ini sebetulnya hanya taktik pemasaran. Nyatanya, investasi ini sama dengan investasi emas lain. Harganya sama dengan harga emas yang mengikuti harga mata uang asing (dollar AS), dan aman terhadap inflasi. Dulu, koin emas ini diharapkan bisa sebagai alternatif investasi bagi mereka yang ingin menabung untuk persiapan ibadah haji.

Nilai dan kadarnya sama dengan emas batangan. Namun, jumlahnya terbatas dan sulit dijumpai di pasaran. Koin emas tersedia dalam ukuran 1, 5, dan 10 gram. Ada juga koin yang harganya sampai lebih dari Rp 50 miliar karena nilai sejarah, kepemilikan, dan kejadian penting saat diluncurkan.

SERTIFIKAT EMAS
Untuk jenis ini, Anda tak perlu memiliki emas secara fisik. Cukup berinvestasi lewat sertifikat emas atau Gold Exchange Traded Fund (produk berjangka emas) yang dikeluarkan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Anda bisa membuka rekening di salah satu pialang yang akan mentransaksikan investasi Anda.

Produk kontrak berjangka milik BBJ ini, diperdagangkan melalui bursa komoditas (bursa berjangka). Selain lebih aman, dengan produk berjangka ini, investasi emas terdaftar secara resmi dan bisa diperdagangkan secara resmi pula di pasar bursa seperti halnya perdagangan saham.

TABUNGAN EMAS
HSBC Syariah menawarkan tabungan ini. Bank Syariah Mandiri rencananya akan menyusul. Portofolio yang digunakan emas 24 karat. Nasabah akan menerima sertifikat kepemilikan emas. Bentuk fisik emas akan disimpan bank atau vendor yang ditentukan.

Satuan emas minimum 10 gram dan kelipatannya. Anda cukup membuka rekening di bank bersangkutan. Setoran dana tunai akan dikonversi menjadi harga emas. Jadi, bisa terlihat berapa gram yang ditabung.

Erma Dwi Kusumastuti

Lanjut membaca “Kliping Emas 22 Mei 2008”  »»

Kliping Emas 8 dan 19 Mei 2009

Harga Emas Mahal

Jumat, 8 Mei 2009 | 10:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga emas di pasar internasional kembali menguat, di atas level 900 dollar AS per trouy ounce.

Perdagangan di New York Mercantile Exchange, Kamis (7/5) waktu setempat, ditutup naik 915,00 dollar AS per troy ounce, naik dibanding Rabu pada 910,50 dollar AS.

Hal serupa juga terjadi di pasar Hongkong. Seperti dilansir AFP, harga emas Jumat pagi dibuka pada 913,50-914,50 dollar AS per ounce, lebih tinggi dibandingkan penutupan Kamis yang ada di posisi 911,20-912,20 dollar AS.

Sementara itu, di Jakarta, harga logam mulia ini masih relatif stabil. Seperti dikutip Antara, di beberapa toko emas di Cikini dan Pasar Baru, Jakarta Pusat, kemarin, harga emas masih bertahan dengan harga yang berlaku sejak satu bulan lalu.

Salah seorang pedagang emas di Cikini, Yusuf, mengatakan, harga emas hampir semua sama, yaitu Rp 230.000 untuk emas dengan kadar 22 karat dan sekitar Rp 300.000 untuk emas 24 karat. "Harga ini telah berlaku lama. Hampir satu bulan. Meski harga emas cenderung turun sejak tahun lalu, namun tidak memengaruhi penjualan," katanya saat dikonfirmasi.

Senada dikatakan pelayan toko emas Holland, Sari. Menurut dia, harga emas tetap stabil dan cenderung bertahan dengan harga yang berlaku sebelumnya. "Emas 22 karat harganya tetap Rp 230.000. Yang membedakan harga emas adalah ongkos pembuatannya," katanya.

Sementara itu, harga emas di pertokohan Pasar Baru cenderung bervariatif. Meski demikian, harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan harga emas di pertokoan Cikini. "Harga emas masih sama. Untuk emas 22 karat sekitar Rp 200.000 dan emas 24 karat sekitar Rp 295.000," kata Ucok salah satu pelayan toko emas Indah Nam Pasar Baru.


Emas Tembus 900 Dollar AS

Senin, 19 Mei 2008 | 09:08 WIB

HONGKONG, SENIN - Harga emas di pasar spot kembali menembus harga 900 dollar AS per troy ounce seiring dengan tingginya harga minyak mentah dunia serta melemahnya dollar AS.

Di Hongkong, pada perdagangan Senin (19/5), seperti dilansir AFP, harga emas dibuka pada 904,00 dollar-905,00 dollar AS per troy ounce, naik dibanding Jumat (16/5) yang ditutup pada 882,00-883,00 dollar.


Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Lanjut membaca “Kliping Emas 8 dan 19 Mei 2009”  »»

Kliping Emas 19 dan 29 April 2009

Harga Emas Turun 18 Persen

Minggu, 19 April 2009 | 15:13 WIB

LAPORAN WARTAWAN TRIBUN LAMPUNG, FERIKA OKWAROMANTO

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.com - Harga emas di sejumlah pasar di Bandar Lampung, sepekan terakhir mengalami penurunan berkisar 14 hingga 18 persen. Hal itu berdasarkan pantauan Tribun Lampung (Group of Regional Newspaper Kompas Gramedia yang sebentar lagi akan terbit di Bandar Lampung), di toko emas Pasar Bambu Kuning, Pasar Tengah, Jalan Pemuda, dan toko emas tersebar di Jalan Batu Sangkar, Tanjung Karang Barat, Minggu (19/4).

Meski mengalami penurunan, harga emas tetap dijual dengan harga bervariasi. Misalnya, emas 24 karat (kadar 100 persen), kini rata-rata dijual Rp 290 ribu. Pekan sebelumnya, harga jualnya mencapai Rp 350 ribu. Sedangkan, emas 22 karat (80 persen), dijual dengan harga Rp 250 ribu. Padahal sebelumnya menyentuh angka Rp 300 ribu. Emas muda kadar 70 persen Rp 230 ribu, sebelumnya Rp 280 ribu.

Fajar (30), pemilik Toko Emas Paris, di Pasar Bambu Kuning mengatakan, penurunan harga emas dipicu oleh menguatnya kurs rupiah, setelah rupiah bergerak pada angka 12.000 per dollar. Sekarang rupiah menguat menjadi 10.800 per dollar. Walau harga emas turun, konsumen malah banyak yang menjual emas. "Biasanya, sebelum harga emas turun konsumen banyak yang membeli emas. Kira-kira sehari mencapai 200 gram. Tapi sekarang banyak yang menjual emas, " ujarnya.

Rully (37), warga Sukarame yang sedang menjual emas di Toko Fajar mengatakan, "Saya menjual emas karena desakan ekonomi dan kebutuhan anak-anak sekolah dalam menghadapi ujian sekolah," katanya. Berbeda dengan Sofia (24), seorang mahasiswa yang sedang menjual emas di Toko Murni. "Saya menjual emas, karena info yang saya dapatkan, harga emas masih tinggi. Dengan menjual emas, saya masih mendapatkan keuntungan Rp 10.000," ujar mahasiswa asal Palembang.

Achmad Subechi


Harga Emas Turun

Rabu, 29 April 2009 | 10:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga emas di pasar internasional kembali melemah di bawah 900 dollar AS per troy ounce.

Di New York Mercantile Exchange, Selasa (28/4) waktu setempat, harga emas sekarang ditutup pada 892,80 dollar AS per troy ounce, turun dibandingkan penutupan Senin di posisi 907,40 dollar AS.

Sementara untuk emas Juni, melorot 14,60 dollar AS atau lebih dari 1,6 persen ke posisi 8,93,60 dollar AS per ounce.

Hal serupa juga terjadi di Hongkong, Rabu pagi. Seperti dikutip AFP, harga emas dibuka pada 891,00 dollar-892,00 dollar AS per ounce, turun dibanding penutupan Selasa pada 896,20 dollar-897,20 dollar AS.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/

Lanjut membaca “Kliping Emas 19 dan 29 April 2009”  »»

Kliping Emas 6 dan 15 April 2009

Harga Emas Memudar

Senin, 6 April 2009 | 08:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga emas pada awal pekan ini di pasar internasional kembali melemah. Harga logam mulia ini bahkan di bawah level psikologis, 900 dollar AS.

Seperti dikutip AFP, harga emas pada awal perdagangan di Hongkong, Senin (6/4) pagi, dibuka turun menjadi 885,00-886,00 dollar AS per troy ounce, lebih rendah dibandingkan penutupan pada Jumat, 908,00-909,00 dollar AS.

Sementara itu, pada akhir pekan lalu perdagngan emas di New York Mercantile Exchange, Jumat, ditutup melemah ke posisi 895,60 dollar AS per troy ounce, turun dibandingkan penutupan pada Kamis, 907,40 dollar AS.


Harga Emas Turun Lagi

Rabu, 15 April 2009 | 10:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga emas di pasar internasional kembali mengalami penurunan seiring menguatnya dollar AS serta adanya aksi profit taking (ambil untung).

Harga emas pengiriman sekarang di New York Mercantile Exchange, Selasa (14/4) waktu setempat, ditutup pada 890,90 per troy ounce, turun dibanding penutupan sebelumnya di posisi 894,70 dollar AS. Adapun kontrak emas untuk Juni turun 3,80 dollar AS ke level 892 dollar AS per ounce.

Hal serupa juga terjadi di pasar Hongkong, Rabu pagi. Harga logam mulia seperti dikutip AFP dibuka melemah ke posisi 890,00 dollar-891,00 dollar AS per ounce, turun dibanding penutupan Selasa pada 895,00 dollar-896,00 dollar.

Lanjut membaca “Kliping Emas 6 dan 15 April 2009”  »»

Pengikut